Palangka Raya – Di tengah riuhnya Karnaval Budaya Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025, satu penampilan mencuri perhatian: seekor beruang madu raksasa, dengan sorot mata tajam dan postur gagah, berjalan di antara barisan siswa-siswi yang berbusana etnik. Namun ini bukan sekadar atraksi—ini adalah pesan dari Dinas Pendidikan Kalteng, bahwa pendidikan harus menjangkau hingga ke pelosok terdalam Kalimantan.

‎“Beruang madu itu hidupnya di hutan, bukan di kota. Artinya, pendidikan kita juga harus hadir di pedalaman. Jangan hanya di pusat kota,” ujar Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kalteng, Muhammad Reza Prabowo, dengan penuh makna.

‎Simbol itu, menurutnya, mencerminkan visi besar Pemprov Kalteng: meratakan akses pendidikan dan mencetak generasi unggul dari semua wilayah, bukan hanya dari kota besar. “Kita ingin membentuk anak-anak yang cerdas, kuat, dan berkarakter—seperti beruang madu yang gesit dan tangguh,” tambahnya.

‎Yang menarik, kemegahan penampilan Disdik Kalteng dalam karnaval itu ternyata dibangun dengan semangat gotong royong. “Semua ini kami buat sendiri. Tidak mahal, tapi penuh kreativitas. Kostum dibuat oleh guru dan siswa. Modelnya pun siswa kita sendiri,” jelas Reza.

‎Sebanyak 30 siswa dari sekolah-sekolah unggulan di Palangka Raya—SMAN 1, SMKN 3, SMAN 2, dan SMAN 3—turut ambil bagian. Tak hanya dalam parade, Disdik Kalteng juga menghadirkan seni membatik langsung di lokasi, menggandeng SMKN 4 Palangka Raya yang memang dikenal sebagai pionir pendidikan vokasi seni.

‎“Pak Gubernur dan Ibu Gubernur kita undang untuk membatik bersama. Kami ingin mengangkat kebanggaan terhadap produk lokal. Jangan lagi beli batik dari luar, kita punya yang tak kalah indah,” ujarnya.

‎Lebih dari sekadar tampilan budaya, Reza berharap penampilan Disdik Kalteng di FBIM ini bisa menjadi pelecut semangat. “Kalau bisa menginspirasi satu saja orang tua untuk menyekolahkan anaknya, atau seorang guru untuk lebih kreatif—itu sudah cukup bagi kami,” pungkasnya. (kin)