Klikindonesianews.com – Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat akan digelar 5 November 2024. Namun suasana masa kampanye kedua kandidat telah mulai memanas. Baik kubu Joe Biden maupun Donald Trump mengklaim pihak lawan sedang kewalahan menyembunyikan kelemahan jawaranya.

Pihak Trump mengklaim Biden sedang kesulitan mengatasi kepercayaan publik yang menganggapnya terlalu “renta”. Ditengah usia yang telah memasuki 81 tahun, Biden sering nampak linglung pada saat mengadakan acara kampanye. Sehingga serangan besar-besaran Biden terkesan mubazir. Bahkan juru bicara Trump, Karoline Leavitte menuding acara kampanye Biden sebagai “pemakaman”.

FILE - Presiden Joe Biden, kiri, menyapa masyarakat pada acara kampanye 19 Maret 2024, di Phoenix. Saat Biden berkampanye untuk terpilih kembali dengan kecepatan tinggi, calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, tidak terlalu peduli. Perbedaan pendekatan ini menggarisbawahi defisit yang dihadapi kedua belah pihak. (Foto AP/Jacquelyn Martin, File)

Presiden Joe Biden, kiri, menyapa masyarakat pada acara kampanye 19 Maret 2024, di Phoenix. Saat Biden berkampanye untuk terpilih kembali dengan kecepatan tinggi, calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, tidak terlalu peduli. Perbedaan pendekatan ini menggarisbawahi defisit yang dihadapi kedua belah pihak. (Foto AP/Jacquelyn Martin)

 

“Biden tampak seperti anak anjing yang tersesat setiap kali dia berkampanye hanya untuk berhenti di kantor lapangan dengan beberapa staf berbayar yang terlihat kurang antusias dibandingkan peserta di sebuah kampanye.” ungkap Karoline, dikutip dari Associated Press. Sedangkan kampanye Trump, meski baru mengadakan satu acara kampanye di Ohio, membawa kehebohan dengan puluhan ribu pendukung yang ingin ‘Membuat Amerika Hebat Lagi’. Menurut Karoline, Trump sedang membangun gerakan politik terbesar dalam sejarah.

Tim kampanye Trump tengah menghadapi defisit anggaran. Belum lagi Trump mesti menghadapi tuntutan hukum atas empat tuduhan pidana. Diketahui bahwa Trump terancam akan kehilangan aset akibat penyitaan kekayaan oleh Jaksa Agung New York jika ia tidak membayar denda dan bunga sebesar $454 juta.

Fokusnya dalam beberapa pekan terakhir adalah merayu calon donor ketika kampanyenya membangun infrastruktur di seluruh negara bagian yang menjadi medan pertempuran untuk mengejar ketertinggalan dari Partai Demokrat, yang memiliki keunggulan signifikan. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh jurnalis Associated Press, komite aksi super politiknya mengadakan pertemuan meja bundar senilai $100.000 per orang dengan para pemimpin Hispanik di klub golfnya di Doral, Florida, pada Kamis Maret.

Jika Trump sibuk mengumpulkan orang-orang Hispanik, Biden telah membentuk koalisi yang disebut “Latinos con Biden-Harris,” atau “Orang Latin dengan Biden-Harris”  di sebuah restoran Meksiko terkenal di Reno, Nevada.

 

Tim kampanye Biden sebenarnya khawatir atas lemahnya antusiasme Partai Demokrat dan protes kemarahan dari para pemilih yang timbul akibat dukungannya terhadap perang Israel melawan Hamas. Mungkin karena itulah kubu Biden bekerja 3 kali lipat lebih keras dalam menggalang dana. Biden akan mengumpulkan dana lebih banyak lagi di New York pada Kamis nanti. Mantan Presiden Barack Obama dan Bill Clinton akan turut andil dalam acara tersebut.

Siapa pun yang menang pada bulan November akan menjadi presiden tertua yang dilantik, meskipun jajak pendapat menunjukkan bahwa para pemilih melihat masalah ini lebih mendesak bagi Biden mengingat Trump berusia 77 tahun. (KIN)